Review Panjoel Cafe Perumahan Gunung Sari Surabaya


Late post. Review Panjoel Cafe Gunung Sari Surabaya ini terlambat sekali. Kami kesini saat sebelum pandemi dan PSBB dilakukan. Saya lupa kalau belum posting padahal draft sudah jadi.
_____________________________ 

Tiga hari terakhir Surabaya digempur hujan angin di segala penjuru. Banjir dimana-mana. Macet merata. Cuaca juga sering galau. Panas terik, tiba-tiba langsung mendung gelap dan hujan lebat. Kadang juga panas terik mendadak langsung hujan lebat.

Jika keluar rumah lebih baik membawa payung atau jas hujan, meski cuaca sedang panas terik. Musim hujan di Surabaya kali ini nggak jelas blas. Pada suatu saat, pas keliling Surabaya. Pas hujan deras. Kami terjebak macet dimana-mana. Ya sudah lah istirahat dulu sekalian menghangatkan badan. Plus perut sudah keroncongan sedari siang. 

Pilihan kami kali ini masuk ke area jalan utama Perumahan Gunung Sari Indah. Tempat ini banyak penjual makanan berjajar di pinggir jalan. Tujuan kami cari makanan panas yang berkuah. Ada dua warung langanan kami yaitu bakso dan soto ayam. Ternyata penuh. Selain makan kami juga butuh tempat berteduh sejenak.



Akhirnya muter balik. Ketemu dengan Panjoel Cafe yang tempatnya tidak terlalu ramai. Tempat parkir pas di depan pintu masuk. Lumayan tidak terlalu basah kuyup nanti. Saya bolak balik lewat tempat ini tapi belum pernah masuk Panjoel Cafe. 

Harga Tidak Mahal

Begitu masuk interiornya menarik. Seperti cafe pada umumnya. Pas lihat buku menu ternyata harganya tidak terlalu mahal. Harga makanan per-porsi Rp 13.000 - Rp 23.000. Kalau untuk menu steak harganya Rp 24.000 - 35.000. Ada aneka snack Rp 11.000.

Mungkin yang bikin tempat ini tidak terlalu ramai karena tambahan kata cafe dan tampilannya yang lumayan wah. Orang mungkin berpikir harga makanannya mahal. Kami pesan nasi goreng panjoel dan pangsit mie bakwan. Nasi goreng adalah menu favorit pengunjung, menurut info mas pelayan. 

Tidak menunggu lama makanan sudah terhidang dalam kondisi panas. Nasi goreng ternyata porsinya besar. Ada  ayam tanpa tulang goreng crispy dan kerupuk kancing diatas nasi goreng. Nasi goreng enak. Komposisi bumbunya pas.


Nasi goreng Panjoel


Menurut saya, ayam goreng crispy ini yang juara. Sudah dipotong pas untuk sekali suap. Tidak perlu memotong lagi jadi kecil. Bisa langsung masuk mulut. Pantas saya nasi goreng panjoel ini menjadi pilihan banyak pengunjung di sini.

Pangsit mie bakso disajikan panas. Bukan hanya kuahnya yang panas. Mie-nya juga masih panas. Porsinya pas, tidak terlalu besar. Saya suka tekstur mie-nya. Lembut tapi tidak lembek. Mie-nya dibumbuin. Meski dimakan mie saja rasanya tetap enak. Ayam bumbu pelengkap juga banyak. Bumbunya pas dan ayamnya lembut.

Tempat ini memang menyasar pembeli kaum muda. Namun pas saya makan justru banyak rombongan sekeluarga yang makan di sini. Katanya kalau malam minggu dan malam senin banyak anak muda yang nongkrong di sini. Tempatnya memang nyaman untuk kumpul dan ngobrol lama.

Makanan sudah habis. Perut sudah kenyang. Badan sudah hangat. Hujan sudah reda. Saatnya pulang. Istirahat untuk mengisi ulang tenaga untuk esok hari. Semoga lain waktu bisa berkunjung lagi ke sini.
  


   




Foto: koleksi pribadi 

Komentar