Review Film Losmen Bu Broto

review film losmen bu broto


Saya ingin sekali menonton film Losmen Bu Broto saat tayang di bioskop. Sayangnya, belum sempat menonton kok sudah hilang. Saya sengaja tidak mencari film gratisan di platform medsos. Nanti saja tunggu tayang di layanan video berbayar. Saat saya lihat poster film ini muncul di Disney Hotstar, saya langsung tandai. Saya harus segera nonton film ini.

Saya ingin menonton pada awalnya karena penasaran. Mohon maaf aslinya ada sedikit keinginan untuk sama atau tidak dengan versi drama seri Losmen Bu Broto versi TVRI. Ups. Maaf tidak ada maksud membandingkan. Hanya sekedar penasaran. Saya penonton setia Losmen Bu Broto di TVRI. Biasanya kami menonton bersama semua keluarga dahulu. Kalaupun mau diperbandingkan rasanya tidak adil. Drama mempunyai waktu yang panjang untuk menunjukkan semua karakter pemain. Banyak rumah luas yang bisa di explore penulis. Sedangkan film mempunyai waktu yang sangat singkat untuk menunjukkan Losmen Bu Broto secara utuh.

Setting Kekinian
Pertama kali menonton saya paham, tim produksi ingin menyuguhkan versi kekinian Losmen Bu Broto. Baiklah. Saya masukkan dulu semua kenangan tentang drama Losmen Bu Broto jaman TVRI. 

Adegan dibuka dengan Sri (Maudy Ayunda) yang sedang menyanyi di sebuah cafe. Sri adalah anak kedua keluarga Broto. Lalu langsung muncul berita Anton (Darius Sinathrya) meninggal karena kecelakan. Anton adalah kekasih Mbak Pur (Putri Marino), putri pertama Keluarga Broto. Kesedihan Pur karena kehilangan Anton tak juga sirna meski 2 tahun berlalu. Bahkan Pur masih belum sanggup masak lagi. Gadis muda ini adalah chef Losmen yang terkenal enak masakannya.

Bu Broto (Maudy Koesnaedi) adalah pusat dari Losmen ini. ibu ini meski sibuk mengurusi Losmen masih tetap mengurusi semua detail kehidupan anak-anaknya. Ada standar nyata yang sudah jadi patokan Bu Broto. Semua anaknya harus mengikuti standar Beliau. Sedangkan Pak Broto (Mathias Muchus) hadir sebagai Bapak superhero yang mampu menjinakkan Bu Broto dan melindungi anak-anaknya.

Bu Broto sedang menyoroti Sri meniti karir sebagai penyanyi. Bu Broto menginginkan Sri fokus mengurusi Losmen. Sri menolak, sebagai penyanyi adalah cita-citanya. Dia ingin menyanyi dan juga mengurus Losmen. Selain itu Bu Broto juga tidak setuju kalau Sri pacaran dengan Jarot (Marthino Lio). Seorang seniman Perupa. Bu Broto ingin menjodohkan Sri dengan Yudis (Thomi Baraqbah). Yudis seorang pengusaha muda yang sukses, baik dan tampan. Sosok calon suami idel. Namun Sri ngotot tetap ingin pacaran dengan Jarot.  

Pada saat yang sama, hubungan Sri dan Mbak Pur memanas. Selama ini Pur selalu menyalahkan Sri atas kematian Anton. Saat malam kejadian, Anton dalam perjalanan menjemput Sri. Memang saat itu Sri minta dijemput Anton setelah manggung. Anton tak kunjung datang, akhirnya Sri pulang naik taxi. Sementara itu Sri ternyata menyimpan iri pada Kakaknya selama ini. Pur dianggap sebagai anak kesayangan, yang selalu menurut dengan keinginan Bu Broto.

Masalah demi Masalah
Banyak konflik yang muncul di film ini mulai dari awal hingga akhir. Masalah Losmen ataupun dalam internal keluarga Broto. Pengisi acara yang tiba-tiba tidak datang. Mbak Pur yang salah melihat pesanan makanan rombongan dari Bali. Anak salah seorang tamu, yang lebih suka ikut Tarjo mengantar tamu wisata daripada belajar untuk masuk perguruan tinggi. Konflik Bu Broto dan Tante Wilem (Karina Suwandi) juga muncul. Tante Wilem adalah Mama Yudis. Tarjo (Baskara Mahendra), si Bungsu yang suka bolos kuliah.

Masalah muncul satu persatu. Satu masalah selesai muncul lagi masalah baru. Terkadang beberapa masalah muncul sekaligus. Layaknya kehidupan nyata. Masalah datang dan pergi tanpa bisa diprediksi. Pun terkadang butuh waktu lama untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Puncak konflik terjadi saat Sri hamil. Sementara Jarot memilih pergi. Pria ini tidak lari dari tanggung jawab tapi butuh waktu untuk berfikir. Tentu saja Sri panik. Dia bingung bagaimana harus menghadapi keluarganya sendirian. Dia juga bingung maksud Jarot yang sebenarnya. Satu sisi dia mengaku tak masalah kalau harus membesarkan anaknya sendiri. Di lain pihak Sri gamang dengan apa yang terjadi di masa depan.



Untunglah saat masalah ini muncul hubungan Sri dan Pur sudah membaik. Pur menemani Sri menghadap Bapak dan Ibu untuk menceritakan kehamilannya. Bu Broto shock. Tentu saja. Bu Broto tidak menyangka anak gadisnya bikin wirang keluarga. Keluarga Broto masih menjunjung tinggi nilai dan prinsip Jawa. Hamil diluar nikah adalah kesalahan yang sangat berat.

Bu Broto meminta Sri keluar dari Losmen. Pur protes. Keluarga seharusnya merangkul Sri yang sedang menjalani masa berat. Pengusiran Sri sebagai hukuman yang harus dijalani. Sri sudah berani melanggar prinsip keluarga maka harus berani ber tanggung jawab.

Saya hanyut saat adegan Sri mau keluar Losmen, Pak Broto memberikan vitamin kehamilan milik Sri yang tertinggal di kursi makan. 
"Bapak sudah lama tahu?" tanya Sri kaget.
"Iya. Bapak menunggu sampai kamu menceritakan pada Kami."
Bagi saya, ucapan Pak Broto ini jauh lebih menyakiti hati daripada pengusiran Bu Broto.

Meski Bu Broto kelihatan tegas dan tega saat mengusir Sri, sebenarnya Bu Broto hancur labur. Psikisnya terpukul hebat. Beliau sering menangis sendirian memikirkan Sang Putri di luar sana. Ibu mana yang tega 'melihat' anaknya hidup menderita. Namun ada nama baik Losmen yang harus dijaga. Bu Broto mengalami perang batin hebat.

Happy for everyone
Akhinya Jarot datang. Sri masih bimbang menerimanya. Apalagi selama ini Yudis selalu hadir untuk membantu mengatasi masalah-masalahnya. Ternyata Yudis sengaja membuka jalan pada Jarot agar bisa berbaikan dengan Sri. Jarot menegaskan pada Sri akan bertanggung jawab sepenuhnya. Mereka menghadap Bapak dan Ibu Broto untuk memohkn restu menikah.

Bu Broto memberi restu tapi ya masih setengah hat. Masih ada prasangka tidak baik pada Jarot. Sri pun bersimpuh di kaki Ibunya. Wanita ini memohon ampunan dan keihlasan Sang Ibu. Hati Bu Broto pulih juga. Pernikahan di gelar namun setelah menikah Sri tetap tidak boleh kembali ke Losmen selamanya.

Paling suka dengan adegan saat Bapak dan Bu Broto melepas pengantin baru pulang ke tempat tinggal yang baru.
"Piye ya, Pak. Apa bisa Sri hidup sendiri begitu. Gimana nanti kesehatan dia." ucap Bu Broto lirih.
"Biar saja. Mereka sudah tua. Bisa jaga diri." jawab Pak Broto sambil tersenyum.
"Apa Mbok Tun tak suruh ikut mereka saja ya Pak Biar bisa bantu-bantu Sri." 
"Lah piye Mbak Pur. Siapa yang bantu masak nanti."
Ah uang namanya orang tua. Tak mungkin tegak marah lama pada anaknya. Rasa sayang akan dengan lebih mudah meluruhkan amarah.

Saya bahagia karena film ini berakhir happy ending. Mbak Pur sudah bisa move on. Sudah sanggup memasak lagi. Terutama masalah Ikan Gurame saos kecombrang. Makanan yang dimasak bersama Anton sebelum kecelakaan. Tarjo pun sudah rajin kuliah. Ganti Atmo yang pontang-panting mengurusi para tamu sendirian.

Saya juga happy dimanjakan suasana Jogjakarta yang kental. Apalagi dengan berbagai tatanan interior Losmen yang tak bikin bosen dipandang mata. Saya paling suka dengan gudang. Penataan kursi besi warna merah, deretan radio kuno di rak, meja kerja Jarot dan sofa tua. Penataannya pas. Sederhana tapi manis. Cocok dengan scene romantis yang banyak terjadi di sini. Saya masih takjub dengan alat pembaca film rontgen dada yang dijadikan 'kanvas' foto. Kreatif banget.

Akhir kata. Film dan drama memang dua dunia yang berbeda. Tidak adli jika dibandingkan. Drama dan film Losmen Bu Broto sama-sama menarik. Keduanya mempunyai sudut cerita yang unik. Semoga drama seri Losmen Bu Broto diproduksi kembali. 

Komentar

  1. Waktu kecil aku suka ikutan nonton serial Losmen, seneng liat kemesraan dan baiknya bu Broto sama pelanggan juga tukang masaknya itu. Ternyata ada versi jaman sekarang ya, tetap tidak meninggalkan ciri khasnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Kita Mbak hehehe. Losmen Bu Broto versi sekarang tidak meninggalkan akar versi sinetron. Jadi masih nyambung. Meski para pemainnya beda semua.

      Hapus

Posting Komentar