Serial Kakak Adik, Masker

Ibu siap-siap akan pergi ke Pasar Kecil di depan gang.
"Aku boleh ikut, Buk?" kata Adik tiba-tiba.
"Boleh." ucap Ibu sambil tersenyum.
"Hasyeeek." Adik berteriak riang. Dia bergegas mengambil maskernya.

Ibu menggandeng Adik di sebelah kanan. Tangan kiri Ibu membawa tas kain untuk belanja. Ibu melihat masker di wajah Adik. Anak ini sudah bisa memakai sendiri masker dengan rapi dan rapat. Hidung dan mulutnya tertutup sempurna.

"Kok, hidungnya kelihatan." kata Ibu tiba-tiba. Mereka belum jauh dari rumah.
"Tau nih, Buk. Turun sendiri." 

Ibu berhenti. Beliau mengecek karet masker di kedua telinga Adik.

"Nggak longgar. Kok bisa turun sendiri."
"Hidungnya gerak-gerak, Buk."
"Kenapa?"
"Hidungnya pengen lihat jalan."
"Emang hidung punya mata?"
"Eh, anu. Hemm. Hidungnya pengen cium banyak udara."
"Kalau mau cium banyak udara, pulang aja. Nggak usah ikut."
"Jangan, Buk. Adik pengen ikut."
Ibu bersidekap menghadap Adik.
"Dung… Dung… Diem dulu, yo. Sabar, yo pake masker." kata Adik sambil menyentuh hidungnya dengan ujung jari telunjuk kanan.
"Beneran tuh hidung bisa diam?" ucap Ibu sambil menunduk. Wajah Ibu didekatkan ke wajah Adik.
"Bisa. Beres, Buk."
"Kalau tuh hidung nggak bisa diam, Ibu pen-cet-na-nti."
"Jangan, Buk." kata Adik sambil meletakkan kedua tangannya di masker.

Ibu berdiri tegak. Beliau tertawa geli. Ibu membelai-belai kepala Adik. Sebenarnya dari tadi Ibu menahan tawa. Untung saja pakai masker.

Ibu mengandeng tangan Adik lagi. Mereka melanjutkan perjalanan ke Pasar Kecil. Tempat itu bukan Pasar yang sebenarnya. Hanya ada beberapa penjual sayur bermotor. Serta beberapa penjual aneka kebutuhan rumah tangga. Para penjual itu berjajar di sebelah kiri jalan.

"Sebentar lagi banyak orang. Jagain hidungnya. Jangan sampai masker turun." ucap Ibu.
"Ok, Bos." jawab Adik mantap. (Ugik Madyo)

Komentar