Jadi Guru Dahulu atau Sekarang Enak Mana?

pengalaman jadi guru dahulu dan sekarang


Tanggal 25 November adalah Hari Guru Nasional. Kalau tidak masa pandemi pasti ada banyak kemeriahan di ruang kelas. Kebetulan keluarga besar dan teman-teman saya banyak yang guru. Pas Hari guru banyak yang pasang status lucu-lucu. Di WAG juga ramai bahas tentang guru jaman dulu dan jaman sekarang. Jaman dulu ini maksudnya jaman angkatan Ibu saya.

Beda jaman tentu saja beda jauh peran guru dahulu dan sekarang. Berikut ini saya rangkumkan beberapa perbedaan menurut curhatan para guru yang saya baca dan saya dengar:

1. Pergeseran Peran Guru

Kalau jaman dahulu guru ini seperti falsafah Jawa Digugu lan Ditiru. Digugu ini lebih pada diikuti atau diperhatikan segala ucapannya. Kalau ditiru ini arahnya ke sikap dan tidak tanduk. Dahulu, sosok guru sangat disegani. Segala tidak tanduk dan ucapan para guru adalah contoh bagi para murid. Sosok guru seperti jauh diatas yang hanya bisa dipandang dan susah didekati.

Kalau sekarang guru berperan seperti teman. Masih tetap dihormati tapi hubungan personalnya tidak berjarak. Jauh lebih dekat. Murid bisa bebas berbicara bahkan juga curhat pada guru. Kalau jaman dulu mana mungkin murid berani seperti ini. Jangankan dekat-dekat, kelihatan bapak atau ibu guru dari jauh saja langsung pasang 'sikap sempurna'.

Kalau boleh memilih, saya lebih suka guru jaman sekarang. Lebih asyik. Tidak ada kesan angker. Resikonya anak jadi terlalu berani bahkan menjurus ke kurang ajar. Disinilah peran guru untuk bersikap tegas pada muridnya. Meski guru bisa berperan sebagai teman tetap harus ada batas. Guru tetap sebagai sosok orang yang lebih tua dan harus dihormati.  

2. Guru Harus Pinter

Label guru adalah orang pintar sudah melekat dari jaman dulu sampai sekarang. Jaman dahulu guru bukan saja jadi tempat bertanya para muridnya bahkan juga masyarakat di sekitarnya. Apalagi kalau di desa. Guru adalah sosok tetua yang akan dimintai pendapat pertama kalau ada masalah.

Kalau jaman sekarang, tantangan guru sebagai orang pintar jauh lebih besar. Anak-anak jaman sekarang sangat kritis. Kalau ada jawaban guru yang tidak bisa diterima logika anak murid, akan dikejar terus sampai dapat jawaban yang memuaskan dari gurunya.

Ini tantangan pertama. Tantangan lainnya adalah search engine internet. Anak-anak sudah paham kalau butuh tahu tentang sesuatu bisa langsung cari di internet. Padahal informasi di internet tidak semuanya benar. Ada banyak juga yang hoax. Di sini guru dituntut tidak saja pintar tapi juga paham teknologi. Tugas guru dengan kepandaiannya harus mampu memberi pemahaman yang benar pada para murid. Jangan sampai muridnya terjerumus dalam informasi yang salah.      

3. 'Musuh' Guru

Musuh ini dalam tanda kutip karena ada guru yang menganggap beberapa hal berikut ini bukan sebagai musuh. Jaman dahulu, musuh guru adalah murid yang tidak suka belajar dan keluarga guru yang complain dengan masalah penghasilan.

Kalau saat ini musuh guru bukan saja manusia tapi juga kebendaan. Kalau yang berwujud manusia adalah murid yang tidak semangat belajar, orang tua murid yang over protektif pada anak, dewan sekolah, kepala sekolah dan pengawas sekolah. 

Kalau yang bersifat kebendaan adalah gadget, televisi dan teknologi. Saat ini semakin banyak generasi rebahan yang suka main game, nonton youtube dan stalking di media sosial. Kalau sudah pegang gadget lupa semua urusan tugas sekolah dan ulangan. Apalagi kalau ada wifi dan televisi kabel di rumah. Selesai sudah. Lupa semua urusan sekolah.  

4. Metode Belajar

Dahulu cara pengajaran guru ke murid hanya terbatas dijelaskan di papan tulis. Saat ini sudah menggunakan teknologi audia visual. Penggunaan slide, film atau animasi untuk menjelaskan pelajaran di kelas sudah lazim dilakukan. Ada yang setiap hari ada juga yang beberapa kali sebulan. Meski bahan ajar berupa film atau video sudah disiapkan, tetap saja guru tidak boleh gaptek. Minimal paham cara untuk pause atau rewind film atau video yang sedang diputar.

Guru jaman dahulu bebas menerapkan metode mengajar di kelas. Selama sesuai dengan silabus pengajaran dari Diknas. Guru kalau ingin menerapkan disiplin keras pada murid juga tak masalah. Para orang tua tidak akan protes karena percaya, apa yang dilakukan oleh para guru adalah yang terbaik untuk masa depan anaknya. Guru membentak atau memberi hukuman fisik adalah hal yang biasa. Para murid santai saja. Para orang tua juga tenang dan hanya menasehati supaya lebih rajin belajar biar tidak dihukum guru lagi  

Kalau sekarang. Tidak bisa. Cara mengajar guru disekolah akan selalu diawasi oleh para orang tua. Anaknya dibentak sedikit langsung orang tua datang ke sekolah. Protes ke guru, bahkan ada juga yang balas memarahi gurunya. Jangan salahkan guru kalau lebih cuek ke anak murid. Kelakuan apapun muridnya akan dibiarkan saja.

Saya paham banget kalau peran guru sekarang hanya bisa mengajar bukan mendidik. Para guru yang dekat dengan saya sering curhat kalau muridnya bandel banget. Pemberontak dan pembangkang di sekolah tapi tidak bisa dididik karena faktor orang tua.

Saya ingat betul ucapan Budhe saya saat curhat tentang muridnya yang bermasalah. Anak ini orang tuanya kerja dari pagi sampai malam. Orang tuanya jam 6 sudah berangkat kerja. Jam 8 malam paling cepat sampai rumah. Jam 9 anak tidur. Anak tinggal di rumah dengan pengasuh. Pengasuh dan guru sudah diwanti-wanti tidak boleh memarahi anaknya meski melakukan kesalahan. Anak ini hanya boleh dimarahi oleh orang tuanya. 

Anak ini menjelma menjadi bos kecil yang keras kepala dan pemarah. Kalau dibiarkan terus, anak ini akan jadi apa kalau besar nanti. "Asli aku gemes banget pengen tak tertibkan anak ini kalau di sekolah. Kelakuannya sudah menggaggu teman-temannya. Tapi gimana lagi. Orang tuanya maunya gitu." ucap Budhe. Saya paham sekali sebagai seorang guru, beliau juga ingin muridnya jadi orang baik nantinya.   

5. Penghasilan Guru 

Saya pernah ngobrol tentang penghasilan dengan seorang guru yang baru saja pensiun. Saya akan menulis ulang pendapat Beliau yang menurut saya cukup menarik. Penghasilan guru sekarang jauh lebih besar dari gaji guru jaman dulu. Sebenarnya sih nggak juga. Sama saja besarnya gaji guru dahulu dan sekarang.

Dulu gaji guru memang kecil. Tidak ada tunjangan macam-macam. Perlu diingat jaman dulu harga segala macam kebutuhan murah. Baik harga pangan, sandang, kebutuhan sekolah, kesehatan dan banyak lagi. Jadi meski gaji sedikit cukup buat memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga.

Kalau jaman sekarang segala komoditi mahal harganya. Bahkan biaya pendidikan melambung tinggi. Meski tingkat SD - SMA ada BOS. Perguruan tinggi ada jalur prestasi. Tetap saja ada biaya lain-lain yang besar jumlahnya. Selain itu inflasi Indonesia termasuk tinggi. Harga-harga kebutuhan sandang, pangan, papan dan kebutuhna tersier lain juga terus naik.        

Kalau ditanya para guru angkatan Ibu saya yang belum pensiun. Jadi guru dahulu atau sekarang? Jawabannya sebagian besar: sama saja. Antara enak dan tidak enaknya sama saja. Seimbang. Setiap jaman memang mempunyai tantangan sendiri. Setiap guru pun harus berani mengikuti perubahan ini. Guru harus pandai membaca situasi. Guru juga harus sigap beradaptasi. 

Dunia pendidikan harus terus mengikuti perkembangan jaman. Bahkan kalau bisa harus mendahului jaman. Salah satu tugas guru ada mampu mempersiapkan para muridnya mengikuti jaman. Anak-anak harus hidup lebih maju dari kehidupan para guru. Ini adalah prinsip para guru. Tugas sebagai guru akan dinilai berhasil ketika berhasil membawa para muridnya sukses di kehidupannya.


Ilustrasi by Ugik Madyo  

Komentar