Apakah Sudah Saatnya?

Kebetulan hari ini, saya diberi kesempatan untuk tidur seharian. Kalau hanya tidur terus, capek lah. Badan akan sakit semua.

Enaknya ngapain ya? Tangan grepe-grepe ke laptop. Sambil tiduran saya bersih-bersih folder. Akhirnya saya bertemu dengan folder mimpi.

Sebuah folder tentang mimpi-mimpi saya. Penelusuran pun dimulai. Senyum-senyum sendiri membaca mimpi-mimpi saya dahulu. Ada yang seru. Banyak juga yang konyol.

Reuni teman-teman SD di depan sekolah kita, sambil jajan pentol merah pedes. Sudah.

Ke Banyuwangi naik kereta ekonomi duduk di pinggir pintu. Sudah.

Punya satu lemari yang isinya buku semua. Sudah.

Saya tandai mimpi-mimpi yang sudah terlaksana. Saya telusuri dengan teliti satu persatu. Saya bongkar semua kenangan.

Backpacker naik kereta ekonomi. Sudah.

Bekerja di dunia buku. Sudah.

Ngincipi merantau dan jadi anak kos. Sudah.


Mandi jam 6 pagi pake air dingin Bandung. Sudah.

Bikin buku anak. Sudah.

Bikin picbook. Sudah

Saya tandai semua mimpi demi mimpi. Ketika sampai di akhir huruf, baru sadar. Ternyata mimpi-mimpi saya sudah terwujud semua. Bahkan, mimpi terakhir saya di tahun 2011 sudah terkabulkan awal mei.

Cukup lama saya terdiam.

Ok, Ugik. Kamu sekarang ingin apa lagi?

Kembali saya terdiam. Cukup lama pertanyaan ini tanpa jawaban.

Apalagi ya? Saya usik sisi seorang Ugik. Saya bangkitkan lagi ambisi keakuan. Diam. Hening. Tak ada gelegak 'aku ingin ini' atau 'aku harus begitu'. Tenang. Tak ada gemuruh rasa yang biasanya menjulang tinggi.


Saya kembali terdiam. Hmm...

Apakah ini sudah saatnya?

Saya kembali terdiam.

Teringat akan doa beberapa tahun silam. Saya ingin menikah jika ambisi 'aku' sudah berkurang. Sisi aku sudah tidak mendominasi lagi. Saya tak ingin ada benturan dalam pernikahan yang disebabkan ambisi 'aku'. Ambisi seorang Ugik yang biasanya gila-gilaan. Saya bertanya dalam diam.


Mungkinkah, sudah saatnya?

Saat untuk mempersilahkan seseorang berada disamping saya.

Saat untuk mengijinkan seseorang menelisik semua ruang hati.

Saat untuk membagi lelah dan tawa.

Saat untuk membiarkan tangan saya dalam genggaman seorang lelaki.


Mungkinkah?

Apakah sudah saatnya?

Untuk

Menikah.

Komentar

  1. Ya sudah saatnya... tunggu apalagi? hehehe *nunggu yang baik dan memahami itu sulitnya :)

    BalasHapus
  2. ya nunggu orangnya, bunda haha

    BalasHapus

Posting Komentar