Pengelolaan Sampah Kawasan RT 2 Babatan Pilang Surabaya, Sebuah Studi Kasus

Urusan sampah ini adalah urusan yang kelihatannya sepele tapi mempengaruhi seluruh kehidupan di suatu lingkungan. Kita sudah diajari dari kecil kalau buang sampah sembarangan akan mengakibatkan banjir. Ini bukan omong kosong. Sudah banyak faktanya. Penyebab banjir terbanyak adalah banyak sampah di selokan atau sungai. Sampah membuat aliran air di selokan dan sungai jadi terhambat. Akhirnya air luber kemana-mana.

Oleh sebab itu urusan buang sampah menjadi masalah besar yang harus diperhatikan dengan sangat cermat. Masyarakat tidak boleh membuang sampah sembarangan. Setiap rumah dan fasilitas umum harus menyediakan tempat sampah. Tak ada alasan lagi bagi orang untuk buang sampah di selokan, sungai atau tanah kosong.


pengelolaan sampah surabaya
Tempat sampah organik, non-organik, kemasan alumunium dan plastik


Pengelolaan Sampah

Anjuran membuang sampah di tempat sampah gencar digalakkan.Semua lapiran masyarakat menjadi sasaran kampanye ini. Sampah yang dibuang sembarang selain mengakibatkan banjir juga menyebabkan banyak penyakit. Selain itu juga akan muncul bau tak sedap yang sangat menganggu kenyamanan masyarakat.

Kawasan RT kami juga sama gencarnya mengadakan kampanye untuk tidak membuang sampah sembarangan. Antar tetangga saling mengingatkan. Kebersihan selokan menjadi tanggung jawab tiap rumah masing-masing. Kalau ada yang tersumbat karena sampah, siap-siap saja ditegur Ketua RT atau pengurus RT. 

Urusan pengelolaan sampah bisa dibilang urusan yang serius. Bahkan kami rela membayar iuran setiap bulan. Pemikiran kami sederhana saja. Kalau sampah dibiarkan menumpuk di sekitar tempat tinggal kami tentu akan menimbukan bau tak sedap. Apalagi kalau hanya dibiarkan menggunung begitu saja tanpa dikelola dengan benar.

Setelah sampah dibuang secara tertib di tempat sampah. Lalu kemana sampah ini akan dibuang selanjutnya? Tentu saja ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kalau Surabaya, ada Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di setiap kelurahan. Sampah dari TPS ini akan diangkut truk sampah menuju TPA sesuai wilayah kota masing-masing.

Kalau di wilayah RT 2 Babatan Pilang ini setiap warga harus menyiapkan bak sampah di depan rumah. Bapak pengambil sampah akan datang setiap 2 hari sekali. Kalau harus membuang sampah sendiri ke TPS tentu akan sangat merepotkan.

Kami -warga seRT- sepakat untuk membayar Bapak Pengumpul sampah. Kami iuran setiap rumah Rp 50.000/bulan. Uang iuran ini selain untuk membayar 2 Petugas, pemeliharaan gerobak dan transportasi ke TPS. Kebetulan tempat tinggal kami agak jauh dengan TPS. Ini berarti gerobak sampah harus ditarik dengan sepeda motor menuju ke TPS.

Apalagi dengan keluarnya Peraturan Daerah (PERDA) Kota Surabaya no. 5 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah dan kebersihan di Kota Surabaya. Ada sangsi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada kawasan pemukiman yang tidak mengelola sampah dengan baik.


pengelolaan sampah surabaya
Pengolahan kompos di salah satu rumah relawan


Pemilahan Sampah

Ketika masyarakat sudah disiplin untuk membuang sampah. Muncul masalah baru. Suplay dan demand antara jumlah sampah dan TPA tidak berjalan seimbang. Jumlah sampah terus bertambah tetapi luas TPA tetap saja. Tidak ada penambahan luas sama sekali. 

Sebagai gambaran saja, sampah yang masuk ke TPA Benowo Surabaya jumlahnya 1.600 ton per hari. Ini masih satu TPA perhari. Bagaimana dengan TPA lainnya. Padahal ada 5 TPA di Surabaya. Akhirnya sampah menggunung tinggi. Ini membahayakan kalau sewaktu-waktu gunungan sampah ini longsor.

Lalu mulailah ada anjuran untuk mengolah sampah non-organik dari beberapa lembaga lingkungan hidup dan pemerintah kota (pemkot) Surabaya. Staf kelurahan dan kecamatan aktif turun langsung kampanye ke warga masyarakat. Kami sering mendapatkan informasi tentang pelatihan membuat kerajinan dari plastik dan kertas bekas. 

Kami juga mendapat pembelajaran tentang pemilahan sampah organik dan non-organik. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan dan mempercepat kerja petugas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu juga untuk mengurasi volume sampah yang harus dikumpulkan di TPA. 

Bukan suatu hal yang mudah untuk mengubah kebiasaan memilah sampah. Masih banyak warga yang mencampur sampah limbah rumah tangga. Sampah organik limbah dapur dan sampah non-organik masuk dalam satu wadah.

Kebetulan di kota Surabaya ada Lomba Green and Clean setiap tahun. Lomba ini sudah diadakan sejak tahun 2004. Tujuan lomba ini adalah mencari kampung (RT) yang paling bersih dan cantik di Surabaya. Beberapa kali RT kami ikut dan kalah. Jangankan masuk nominasi 10 besar. Masuk 50 besar saja tidak bisa. Penasaran. Pastinya.

Saat lomba Green and Clean tahun 2018, RT kami terbilang ngotot ingin menang. Lomba ini termasuk bergengsi di kota Surabaya. Ada ratusan RT dan RW yang ikut lomba ini setiap tahun. Setiap kali babak penyisihan ditayangkan koran Jawa Pos. Kan malu juga kalau nama RT kami mentok diurutan bawah.   

Salah satu variabel yang bikin kami kalah adalah masalah pengelolaan sampah. Urusan sampah harus zero wasteI kalau mau menang. Dari sinilah kami belajar untuk melakukan pengelolaan sampah dengan serius. Kami mulai mengajak warga untuk melakukan pemilahan sampah mandiri di rumah. Bahkan ada relawan khusus yang mengurusi soal sampah ini. Tersedia dua tempat sampah untuk sampah organik dan non-organik di setiap rumah.

Relawan khusus ini terdiri dari beberapa ibu dan bapak-bapak yang sudah handal masalah pengelolaan sampah. Sampah organik kami kumpulkan dan diolah menjadi kompos. Beberapa rumah secara sukarela menjadikan rumahnya sebagai tempat pembuatan kompos. 

Jika tempat pembuatan kompos sudah penuh maka sampah organik akan dikirim ke Rumah Kompos. Pemerintah Surabaya sudah menyediakan 26 unit Rumah Kompos yang tersebar di seluruh penjuru kota.

Sedangkan sampah non-organik dikumpulkan dan disetorkan ke Bank Sampah. Ada juga beberapa warga yang sengaja tidak mengumpulkan sampah botol dan gelas plastik. Mereka menggunakan botol dan gelas plastik ini untuk naik Bus Surabaya. 

Salah satu moda transportasi di Surabaya ini memang tiketnya menggunakan sampah. Botol dan gelas plastik akan ditukarkan dengan tiket bus Surabaya di tempat penukaran khusus. Tiket ini bisa digunakan untuk naik Bus Surabaya selama 1 jam.


pengelolaan sampah surabaya
Tempat sampah organik dan non-organik di depan rumah


Zero Waste Cities

Urusan membiasakan warga RT 2 untuk memilah sampah bukanlah perkara yang gampang. Pada awalnya harus sering diingatkan dan diawasi. Banyak warga yang setengah hati bahkan enggan melakukannya. Bahkan ada yang protes 'ikut lomba kok ribet amat'. Butuh banyak kesabaran dari para relawan untuk melakukan edukasi.

Lama-kelamaan warga RT mulai merasakan manfaatnya. Sampah non organik yang dibawa ke Bank Sampah kan mendapatkan uang. Untuk kebutuhan kampung dan pemeliharaan fasilitas menggunakan uang dari Bank Sampah ini.

Bank Sampah 'membeli' sampah dari warga. Pembayarannya ada dua macam cash dan berupa tabungan. Kalau cash setelah menyerahkan sampah non-organik lalu akan mendapatkan uang langsung sesuai jumlah timbangan berat sampah.

Kalau mau pilih Tabungan Sampah juga bisa. Sampah yang dibawa ke bank sampah akan dicatat berat dan jumlah nominal uangnya. Tabungan Sampah ini bisa diambil dalam jangka waktu tertentu. Terserah pengumpul sampah. Ada yang seminggu sekali, sebulan sekali. Ada juga yang setahun sekali saat menjelang lebaran.

Sebenarnya sampai saat ini kawasan RT kami khususnya dan kawasan RT di Surabaya lainnya masih berjuang untuk maslaah pengelolaan sampah. Masih ada saja warga yang malas ikut serta dalam program ini. Meski begitu kami tetap semangat. Kami tahu tidak berjuang sendirian. Bukan hanya kawasan RT kami saja yang berjuangn untuk hidup zero waste. Ada banyak kawasan RT lain di Surabaya demi mewujudkan Zero Waste Cities. 

Begitu juga dengan di kota-kota lain. Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta dengan didampingi Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB). Selain itu juga Denpasar didampingi PPLH dan Kabupaten Gresik yang didampingi Ecoton.

Kata 'cities' dalam Zero Waste Cities adalah jamak. Sesuai dengan harapan agar semakin banyak kota yang menerapkan Zero Waste. Demi kebaikan Indonesia dan bumi kita tercinta. Mulai saja dari rumah kita sendiri dengan memilah sampah organik dan non-organik. Mulai dari sekarang, bukan nanti.  


Foto : Ugik Madyo

referensi tambahan :

- humas.surabaya.go.id

- banksampahinduksurabaya.blogspot.com

Komentar