Petualangan Memasak yang Seru

Sejak masih lajang, saya tak begitu suka memasak. Saya lebih suka membuat kue dan jajanan. Meski Ibu saya pandai memasak, saya lebih suka jadi asisten beliau di dapur. Ketika bekerja dan kos di Bandung, saya terpaksa memasak demi menghemat pengeluaran.

Berhubung saya pecinta sayuran. Masakan saya simple saja. Lebih banyak tumis dan kukus. Ikan, telur, ayam atau daging saya campur dengan sayuran. Sengaja hal ini saya lakukan demi menghemat waktu di dapur. Biasanya, saya memasak sambil mencontek resep.

Ketika menikah, saya sempat agak panik soal memasak. Saya dan suami mempunyai selera makanan yang bertolak belakang. Suami pecinta goreng-gorengan yang gurih dan tidak suka sayur-sayuran. Kebetulan, suami juga ada alergi pada makanan tertentu. Hanya sedikit daftar makanan yang beliau mau dan bisa makan. Akhirnya ketemu solusinya. Saya yang pemakan segala, mengikuti selera suami. Terkadang, saya memasak dengan dua menu berbeda.

Lama-lama, saya kasihan sama suami. Makan hanya dengan menu-menu itu saja yang diulang-ulang. Saya juga mulai was-was dengan lemak jahat dalam tubuh beliau kalau makan goreng-gorengan terus. Saya mulai searching aneka resep yang sekiranya cocok dengan selera suami. Lalu saya tawarkan beliau. Kita diskusi panjang lebar tentang bahan-bahan dan pemasakannya. 

Biasanya sih, bahan dan bumbu masakan akan di ‘tambal sulam’ sesuai dengan selera suami. Petualangan di dunia masak, saya mulai dari sini. Selain rajin searching resep, saya juga banyak baca tentang manfaat dan cara masak yang benar. Utak atik resep ternyata bisa memacu andrenalin. Rasa penasaran dengan hasil akhir masakan bikin saya semangat di dapur. Suami juga ikutan searching resep dan memberikan tantangan pada saya. Bisa bikin ini, gak? Saya jadi lebih semangat membuat permintaan suami. Meski seringkali, antara resep dan hasil jadi akan jauh berbeda penampakannya. Tak jarang juga, hasil utak atik resep gagal total. Tak masalah. Kalau suami suka dengan hasil masakan saya, hilang deh rasa lelah dan kecewa karena gagal masak :D. 

Beberapa kali saya berusaha menyelundupkan sayuran pada masakan. Sayuran saya potong kecil-kecil untuk menyamarkan. Pada awalnya saya coba wortel. Beliau hanya mau mengambil sedikit, lama-lama porsi makannya terus bertambah. Porsi wortel perlahan tapi pasti saya tambah lebih banyak. Tak ada protes. Ketika suami bilang suka wortel, mulai saya selundupkan buncis, sawi, bayam dan kacang panjang. Alhamdulillah, sekarang, suami sudah suka makan pecel (dengan banyak sayur), sop (rumahan dengan aneka sayuran) dan sayur bening. 


Wah, ternyata seru juga berpetualang dengan masakan. Tantangan berikutnya, menyelundupkan buah dalam masakan. Untuk yang satu ini, saya belum pernah sukses. Saya harus #BeraniLebih kreatif dalam memasak. Target saya, suami bisa dan suka makan sayur dan buah setiap hari. Tak ada salahnya memulai hidup sehat dari makanan, kan?


Tulisan ini dibuat dalam rangka ikut lomba #BeraniLebih Light of Women  

Komentar