Pantai Bentar Probolinggo

Pantai ini berada di tempat yang strategis. Berada di wilayah kecamatan Gending di pinggir jalur utama Probolinggo-Situbondo. Bagi Anda yang menuju Bali menggunakan jalur darat dari Surabaya, pantai ini ada di sebelah kiri jalan. Kira-kira 8 km dari pusat kota Probolinggo. 

Jika menggunakan kendaraan umum, bisa bis atau colt. Anda bisa naik dari terminal Bayuangga, pertigaan Jorong atau Pangger dan turun di depan pintu gerbang Pantai Bentar. Bagi yang naik kendaraan pribadi begitu sampai tempat parkir, Anda akan disuguhi pemandangan labirin dermaga kayu memanjang dan saling berkaitan hingga ke tengah laut. 

Pantai Bentar sepertinya sudah di konsep secara matang sebagai tempat wisata keluarga.    Begitu masuk dari loket, bila kita menuju sebelah kanan kita akan mendapati area luas  lingkaran dengan panggung permanen di tengah. Bila kita masuk lagi ada danau buatan lengkap dengan jembatan kayu, gazebo dan permainan sepeda air berbentuk bebek warna-warni. Danau buatan menjadi pusat dari area wisata ini. Di sekeliling danau ada jalan setapak sekitar 2 m dan jalur kereta api mini. 

Kereta api mini. Dewasa bisa naik.

Sisi danau dekat jalan raya ada berbagai permainan anak, APV, kolam renang, kandang rusa dan merak. Sedangkan sisi dekat pantai aneka warung berderet-deret diselingi dengan gazebo untuk tempat santai pengunjung. Udara di pantai Bentar sejuk karena banyak pohon dan bersebelahan dengan hutan bakau. Namun sayang, disini kita tidak bisa bermain air. Seluruh bibir pantai dibangun pagar batu berplester. Saya datang kesana jam 9 pagi, air laut masih surut. Penduduk sekitar banyak yang turun mencari ikan. Ketinggian air sepinggang orang dewasa di bibir pantai.

Saya lebih memilih duduk di gazebo sambil sarapan lontong bakso. Kebetulan saya duduk dekat dermaga kapal. Kapal ini akan membawa penumpang ke tengah laut untuk melihat hiu totol. Anda bisa naik perorangan dengan membayar Rp 10.000/orang atau menyewa 1 kapal seharga Rp 200.000 - Rp 300.000. Saya lihat banyak wisatawan asing yang membawa perlengkapan snorkeling. Kalau wisatawan lokal kebanyakan hanya naik kapal saja, enggan untuk berenang. 

Persiapan untuk bertemu dengan hiu totol.

Menurut petugas kapal, biasanya hiu totol akan muncul mulai siang hari sekitar 3 atau 4 ekor. Kalau setelah jam 3 sore hiu totol bisa berjumlah 20an ekor yang muncul di permukaan. Berhubung saat itu angin besar, demi melihat kapal yang ada di dermaga bergoyang-goyang dangdut. Ini masih di dekat pantai sudah seperti itu apalagi nanti di tengah laut. Maka saya memutuskan, bye-bye hiu. Meski penasaran setengah mati ingin lihat hiu totol langsung, tapi nyali saya tak sebesar badan hiu hehe. 

Saya lebih memilih mencicipi rujak madura pedas. Maknyuuus. Untunglah sembari makan saya disuguhi pemandangan menarik. Ternyata jalan paving yang ada di sekeliling danau itu jalur jaran bodhang. Yah, rujak terabaikan sejenak. Jaran bodhang adalah kuda mungil (bukan kuda poni tapi anak kuda) dengan aneka hiasan dekoratif warna-warni mencolok, khas warna suku madura. Hanya anak-anak 3-6 tahun yang bisa menaiki kuda ini. Maksimal dua anak yang bisa naik berbarengan. Yah, padahal saya ingin naik *tutup muka.

Jaran Bodhang tampak depan dan belakang.


Mata puas, perut kenyang, pikiran fresh berarti sudah saatnya pulang. Suasana juga sudah mulai ramai. Bagi Anda yang tidak seberapa suka keramaian lebih baik datang pagi hari saja. Bagi yang belum sempat sarapan, tenang... warung aneka makanan sudah banyak yang buka pagi hari.

Foto: koleksi pribadi menggunakan ASUS Zenfone 4 

Komentar